Sabtu, 21 Januari 2017

SINGKERU' PATOLAE RI TOPA'CEDO'

Kisah Kura Kura yang membawa Bencana serta asal mula bergabungnya Larompong, Malluse Salo, Siwa , Belawa , Otting, Rappeng dan Bulu Cenrana dalam kerajaan Wajo



Kehidupan Istana yang penuh dengan kemewahan terkadang melahirkan kebiasaan yang unik dibanding dengan kebiasaan masyarakat pada umumnya, hal ini tentunya hanya untuk bertujuan untuk memberikan kesan serta kebanggan terhadap diri sendiri yang berakhir menjadi sebuah gaya hidup baru dalam kalangan istana.


Alkisah pada saman Kerajaan Luwu dipimpin oleh Dewa Raja Dankelali To Sangereng, beliau adalah seorang raja yang senang dengan binatang peliharaan. Dan salah satu binatang peliharaan yang paling di senangi adalah seekor kura kura. Kura kura tersebut menjadi buah bibir dalam masyarakat Luwu karena mempunyai keunikan tersendiri. Salah satu keunikannya adalah kura-kura peliharaan sang dewa raja ketika buang air besar maka yang keluar adalah serpihan bubuk emas dari dalam perutnya, cerita ini terus berkembang dikalangan masyarakat kerajaan Luwu.

Hingga pada akhirnya, cerita tentang kura kura yang mampu memberakan emas bukan hanya berkembang di Kerajaan Luwu, tapi sudah menjadi buah bibir di kerajaan lain, termasuk Kerajaan Sidenreng. Di semua tempat, kura kura tersebut menjadi pusat pembicaraan masyarakat sidenreng . Berita tentang kura kura itu akhirnya menerobos pagar istana dan sampai di telinga Datu Sidenreng.

Karena rasa penasaran yang tinggi maka dikirimlah utusan untuk melihat keberadaan kura kura tersebut, dan apabila benar datu sidenreng berkehendak untuk membelinya. Utusan itu kembali ke sidenreng dan menceritakan kebenaran kura kura tersebut kepada Datu Sidenreng

Rasa untuk memiliki terus berkecamuk dalam diri Datu sidenreng, akhirnya perasan itu sudah tak mampu dibendung lagi , maka dipanggillah nene Pasiru dan diperintahkan untuk ,menghadap Raja Luwu Dewaraja Dangkelali To Sangereng tentang keinginan Datu sidenreng untuk membeli Kura Kura Tersebut

Berangkatlah utusan tersebut ke Kerajaan Luwu untuk menghadap Dewaraja, namun permintaan tersebut di Tolak. Berulangkali utusan itu menghadap, selalu ditolak oleh Dewaraja. Hingga suatu saat ketika utusan itu menghadap kembali berkatalah Raja Luwu Dewaraja

“ Kalau memang addatuang sidenreng sangat menginginkan kura kura tersebut, silahkan diambil. Dan anggaplah juga sebagai sarana untuk mempererat tali kekeluargaan antara Luwu dengan Sidenreng “

Kura kura itupun akhirnya dibawa pulang oleh utusan Adatuang Sidenreng, perasaan bangga dan bahagia bercampur menjadi satu , semuanya tak mampu dilukiskan melalui kata kata tentang gambaran kebahagiaan yang dimiliki oleh Datu sidenreng pada waktu, betapa tidak , kura kura yang selama ini telah menyita sukmanya telah menjadi milik kerajaan Adatuang Sidenreng.

Hanya tiga rnalam setelah tibanya kura-kura itu di Sidénrèng, terjadi perubahan terhadap kura kura tersebut , serbuk emas yang selama ini selalu dikeluarkan dari perut si kura kura sudah tidak nampak lagi, kura kura yang dianggap sangat istimewa karena mengeluarkan bubuk emas, sekarang berubah menjadi kotoran biasa. Tentunya hal ini membuat Datu sidenreng sangat murka dan memerintahkan utusannya untuk megembalikan kura kura tersebut dan meminta barang yang sudah diberikan sebagai alat tukar kura kura tersebut agar di kembalikan

Sesampainya di istana Luwu, menghadaplah utusan Adatuang sidenreng dan menyampaikan pesan tentang pengembalian harta pertukaran dari kura kura itu
Berkata Datu Luwu

“ Ambilah kura kura itu, dan bawa kembali ke sidenreng, karena itu bukan kesalahan Luwu, karena sebenarnya Luwu tidak mau menjual kura kura itu tapi sidenreng tetap memaksa, maka aku memberikannya “

Tiga kali suruhan itu mengantar pulang balik kura-kura itu, tetapi tidak mau diterima oleh Datu. Akhirnya Datu sidenreng menyuruh utusannya untuk menyampaikan kepada Luwu bahwa persoalan adalah suatu perkara yang harus diselesaikan

Bertanya Datu Luwu' : Siapakah yang akah mengadili kita “
Barkata suruhan itu “ Datu Pammna “

Barkata Datu Luwu' "Baiklah aku bertemu dengan sanakku kurang dari tiga puluh hari lagi di Pammana

Kembalilah suruhan A'datuang untuk memberitahukan jawaban Datu Luwu

Setelah tiba hari yang ditentukan, datanglah Datu Luwu' di Pammana bersama dengan persenjataan dan alat perang. Berangkat jugalah A'datuang, hendak pergi ke Pammana,
tetapi di tengah jalan ia kembali, sebab mendaptkan kabar bahwa Datu Luwu datang ke Pammana lengkap dengan pasukan perangnya. setelah diketahuinya bahwa A’datuang Sidtnréng kembali, maka iapun kembali juga, hendak pulang ke negerinya, dan setelah matahari terbenam singgahlah ia di Topace'do' untuk berrmalam.

PERJANJIAN TO’PACEDO’ 
 dan Bergabungnya Larompong , Mallusé’ salo ‘é dan Siwa dalam Kerajaan Wajo

Pada esok harinya di To’pacedo’ , Raja Luwu Dewaraja mengirim utusan ke Arung Matoa Wajo La Ta’dampare Puangrimaggalatung dengan membawa persembahan tiga lembar sarung dan tiga pasang gelang tangan, dan diundangnya ke Topacedo untuk menemui Datu Luwu'.

Berangkatlah Rombongan Arung Matoa Wajo Ke Topaccedo untuk menemui Raja Luwu, setelah ketemu Maka berkata Datu Luwu

“Kasihanilah aku wahai sanakku , terimalah harta benda sedikit tidak banyaknya negeri Luwu', agar kita persanakkan negeri Luwu' dan negeri Wajo , satu keburukan dimiliki bersama, satu kebaikan diduai”

Berkata Arung Ma toa La Ta dampare'

“ Kuru sumange , harta beserta kata-kata baikmu, kuterima dan kusambut dengan kedua belah tangan terbuka, dan yang aku mohon pada Opu, ialah agar Wajo' menjadi anak dan Luwu induk Sebab barulah orang bersaudara bila sama besar ”


Berkata Déwaraja Dangkélali Aku benarkan perkataanmu, Arung Matoa, ambil saja Larompong seluruhnya, dan ambil pula Malluse salo'e' serta Siwa sepanjang sungai sebagai penambah wilayah, agar bersaudaralah negeri Luwu dan negeri Wajo',saling menyebarkan kebaikan dan tidak saling mencarikan keburukan “

Berkata Arung Matoa 

“ Bagaimanakah Wajo' mengambil Larompong, Malluse' salo'e; dan Siwa, sedangkan daerah itu kepunyaan Luwu''?

Menjawab Datu Déwaraja 

"Adapun Larompong seluruhnya, Mallusé’ salo ‘é dan Siwa menjadi negeri bagian dari Wajo', agar bersaudara negeri Luwu dan adiklah Wajo “

Setelah itu barulah mereka berjanji dan menanam batu adapun isi perjajiannya adalah sebagi berikut :

" Melebarnya Luwu, lebar pula Wajo , sempitnya Luwu' sempitnya pula Wajo , Apinya Luwu' tidak memakan Wajo', apinya Wajo tidak memakan Luwu'. Bersama dalam keburukan dan bersama pula dalam kebaikan, Luwu' dan Wajo'. Walaupun hanya dimimpi oleh orang-orang Luwu mambakar Wajo', lalu bangun mentakwilkan mimpinya dan didengar, maka iapun dibunuh. Demikian pula orang-orang Wajo , walaupun hanya bermimpi membakar Luwu' dan bangun mentakwilkan mimpinya dan didengar, maka iapun dibunuh. Khilaf saling memperingati, rebah saling membangkitkan, tidak saling mendaki di gunung, tidak saling turun di dataran dan tidak saling menunjukkan belukar. Walaupun langit runtuh dan pertiwi rubuh tidak akan batal perjanjian negeri. Barangsiapa yang tidak mengingat perjanjian negeri, maka akan hancur negerinya bagaikan telur yang diempaskan di batu sampai pada keturunannya yang tidak mengingat janjï. Negerinya, Maka diumumk.anlah ke atas dan ke bawah. Dipersaksikan kepada Dewata Yang Esa persaudaraan Luwu dan Wajo

Perjanjian inilah yang dinamakan Singkeru' Patolala ri Topace’ do' dan mulai saat itu Larompong , Mallusé’ salo ‘é dan Siwa menjadi milik Kerajaan Wajo

To Ciung yang bergelar Maccae ri Luwu bersama To Ma'dualeng dari Wajo' menanam batu dan menjelaskan isi perjanjian kepada orang-orang Luwu dan Wajo, Maka gemuruhlah orang-orang Luwu' dan orang~orang Wajo' berteriak tanda setuju kedua pihak.

Setelah batu dibuang, berkata Datu Luwu' kepada Arung Matoa:

“ Telah selesai, hai sanakku,dipersaksikan kepada Dewata Yang Esa persaudaraan Luwu ' dan Wajo' dan telah dua kali pula Luwu, bersanak. dengan Wajo Pertama ketika Arung Matoa Settiriware'. Tetapi alangkah baiknya,hai sanakku, engkau membantuku untuk menyerang Sidenreng, sebab telah dua kali aku bersama seluruh orang-orang Luwu' menyerangnya, tetapi. tidak dapat aku mengalahkannya. Ambilah pula kelewangku sebilah."

Menjawab Arung Matoa :

“ Ada juga kelewangku, Opu’ ! Bulan apa kita tetapkan untuk menyerang Sidenreng '?"
MenJawab Dewaraja : "Pada terbitnya bulan muda”

Maka sesuailah kata-kata Datu Luwu dengan kata Kata Arung Matoa. pulanglah orang orang Luwu' ke negerinya

BERGABUNGNYA BELAWA, OTTING DAN BULU CENRANA SERTA RAPPANG DI WAJO

Malam berganti siang , siang berganti malam bulan pun masih agak ragu menampakkan dirinya , bagaikan seorang gadis bersembunyi dibalik peraduannya. Dari jauh nampak hamparan manusia yang tengah bersanding sangat elok , sangat seirama dalam perjalanan, satu melalui darat dan yang satunya melewati sungai walenaE. Itulah pasukan gabungan Wajo dan luwu yang berangkat menuju sidenreng , semangat juang berkobar di raut wajah para kesatria walaupun maut siap menghadang didepan, mereka tetap melangkah demi sebuah perjuangan

Setelah sampai di Tana’ Tempe , mereka menyiapkan piccara dan rakit untuk melewati jalur danau tempe, sedangkan sebagian pasukan tetap melanjutkan melalui jalur darat. Memasuki wilayah Belawa yang merupakan sekutu dari Sidenreng membuat kondisi perangpun tak dapat dihindarkan lagi, daerah yang terkenal sebagai daerah pemberani memperlihatkan watak mereka sebagai To Warani , walaupun mereka menghadapi gempuran dari sekutu Wajo dan Luwu mereka tetap berjuang walaupun akhirnya kalah sebagai pemberani dan mereka menyatakn diri anak dari Wajo

Pasukan gabungan terus bergerak disambut oleh pasukan gabungan Otting dan sidenreng, pertempuran hebatpun terjadi , duel maut Arung Matoa Wajo menghakhiri pertempuran itu, Ottingpun menyatakan diri bagian dari Wajo. Menyusul jatuhnya rappeng dan bulu cenrana

Adapun orang-orang Sidénré'ng semua berkurnpul di Wenge (?). Orang-orang Wajo berkedudukan semua di Otting. Berlabuh pulalah perahu Datu Luwu beserta Pasukannya di sebelah timur Watang Sidenreng, maka datangla.h Nene Pasiru' menyambah pada Datu Luwu dan menyerahkan se'bukati (denda perang) sebagi tanda berakhirnya perang antara Pasukan Sekutu Wajo Luwu dan Sekutu Sidenreng

Dan perang inilah yang mengawali bergabungnya Belawa, Otting, Rappeng dan Bulu Cenrana di Wajo adapun Sidenreng menjadi wilayah luwu

Sumber LSW


Tidak ada komentar: