Kesetaraan gender nyatanya telah ada di
Nusantara sebelum abad ke-15, jauh sebelum para Feminisme Eropa menyuarakannya
pada abad ke-17. Artikel ini tidak sedang berbicara soal “dapur, sumur, kasur”.
Karena ada banyak hal yang jauh lebih menarik.
Dunia keprajuritan selalu diidentikkan dengan
dunia lelaki. Imaji kita tentang mereka yang mengangkat senjata, menembakkan
salvo, memantikkan api pada meriam, menggelindingkan tubuh di bawah kawat
berduri adalah imaji maskulin. Namun, bila kita mau menengok ke dalam
catatan-catatan masa lalu maka anggapan itu akan tergantikan oleh kenyataan
yang selama ini tidak kita ketahui.