Kamis, 13 April 2017

TRAGEDI PATAMPANUA

Kisah Pemberontakan Akkarungeng Wage, Ugi, Sompe dan Canru terhadap Kerajaan Wajo di bawah pimpinan To Ali.





La pakkalongi To Alirungngi atau biasa di panggil dengan To Ali diangkat menjadi Arung Matoa Wajo ke XV menggantikan To Appakiu sekitar Tahun 1621.


Beliau mempunyai seorang putri yang bernama I Dassauleng yang menjabat sebagai Arung Ugi, I Dassauleng menikah dengan raja Bone yang bernama La Maddaremmeng , yang melahirkan anak bernama La Pakokkoe To Angkone Arung Timurung Ranreng Tua , ayah dari La Patau matinroE ri Naga Uleng

Setelah diangkat menjadi Arung Matoa Wajo , beliau memerintahkan untuk membangun sebuah mesjid Raya di Wajo , yang diresmikan secara besar besaran karena dihadiri Raja Gowa, Raja Tallo , Raja Bone Dan Raja Soppeng, beliau memang terkenal mempunyai hubungan yang baik dengan raja raja di Sulawesi Selatan

Namun sayang dalam kepemimpinan beliau selama 5 Tahun masyarakat Wajo selalu mengalami gagal Panen, sehingga menimbulkan kelaparan dalam wilayah kerajaan
Atas permufakatan Masyarakat Wajo, sekitar tahun 1626 beliau diberhentikan dari jabatan Arung Matoa Wajo

Pemberhentian Beliau adalah untuk menyelamatkan Masyarakat Wajo dari malapetaka kelaparan yang pada waktu menimpa dalam wilayah kerajaan, dan yang menggantikannya adalah Topasaunge yang diangkat jadi Arung Matoa Wajo ke XVI ,

To Pasaunge berusaha keras untuk mengembalikan kondisi daerah yang sedang menderita tersebut , dan selama menjabat Arung Matoa Wajo beliau telah berhasil melakukan perbaikan di dalam wilayah kerajaan dengan menstabilkan kondisi yang selama ini gagal panen

Setelah kurang lebih 3 tahun lamanya memerintah Tp Pasaunge mengundurkan diri dari jabatan Arung Matoa Wajo, dan untuk kedua kalinya To Ali diangkat kembali Jadi Arung Matoa Wajo Ke XVII. Beliaulah satu satunya yang dua kali menjabat sebagai Arung Matoa Wajo

Memasuki tahun ke delapan masa pemerintahannya sebagai Arung Matoa Wajo, terjadi perselisihan antara Arung Matoa Wajo dengan Arung Bettempola yang pada waktu itu di jabat oleh La Sekkati To Palettei , perselisihan itu diakibatkan oleh satu hal

Petta Ennengnge berusaha untuk menasehati To Ali, tapi beliau tak mau mengindahkannya , sehingga dengan kondisi seperti itu akhirnya pada tahun 1636 dicapailah sebuah kemufakatan untuk memecat kedua kalinya To Ali dari jabatannya sebagai Arung Matoa Wajo.

Setelah pemecatannya sebagai Arung Matoa Wajo , beliau pergi tinggal di Ugi, beliau menyusun kekuatan bersama kerajaan kerajaan yang ada dalam wilayah Patampanua yaitu , Ugi, Wage, Sompe, dan Canru.

Setelah merasa kekuatannya sudah siap, pasukan empat kerajaan tersebut mengangkat senjata untuk melawan Kerajaan Wajo yang merupakan Kerajaan Induknya.

Perangpun tak dapat dihindarkan, pertempuran berlangsung sangat sengit, Pasukan kerajaan Wajo yang merupakan pasukan terlatih menyerbu masuk di wilayah Patampanua. wilayah kerajaan yang dijadikan arena pertempuran semuanya luder dibakar oleh Pasukan Wajo , api berkobar di mana mana yang membuat langit kelihatan membara dari kejauhan

Akhirnya perangpun berakhir dengan kekalahan di Pihak To Ali. Keempat kerajaan langsung menyerah kalah kepada pasukan kerajaan Wajo

Kekalahan itu membuat To Ali menyingkir dan akhirnya menetap di wilayah Cenrana Bone , sehingga ketika beliau meninggal dianugerahi gelar MatinroE ri Cenrana


Tidak ada komentar: