Tradisi Masyarakat Petani yang Sarat dengan
nilai kegotong royongan dan Kekeluargaan yang hilang dari Tana' Wajo.
D. Suhardiman Sunusi
Sekitar Tahun 80-an, , pengerjaan sawah masih
dilakukan secara gotong royong. Kerabat dan tetangga membantu pemilik sawah,
mulai dari mencangkul tanah, membersihkan rerumputan, menyemai, mencabut benih
sampai panen. Kemudian tahap akhir memisahkan bulir padi dengan sisa
batang/daun, sehingga padi siap dikumpulkan dan dibawa ke tempat penyimpanan.
Proses paling menarik adalah MA’RESE’ . Ma’rese
adalah bahasa yang sering dipakai di daerah Wajo berarti melintir batang padi
dengan kaki sampai bulir terlepas dari batang.
Padi dikumpulkan di atas alas pada satu sudut
sawah. Setelah disabit, padi didiamkan selama 2-3 hari sebelum direse'.
Padi disusun saling berhadapan lalu diplintir
dengan kaki telanjang (tanpa menggunakan alas kaki) sampai semua bulir padi
yang melekat pada batang terpisah. Pekerjaan ma'rese'. padi dilakukan oleh
laki-laki dewasa, sampai selesai. Jika malam, dinyalakan lampu strongken
sebagai penerang.
Tradisi Ma’rese’ , yang mengundang keluarga besar
dan kerabat untuk bergotong royong sudah tidak ada lagi saat ini.
Pemilik sawah mengupah tenaga harian. Mereka
menggunakan alat khusus untuk memisahkan bulir padi dengan batangnya.
Cara lain, adalah MA’SAMPA’ ” padi
dipukul-pukul, sampai bulir padi terpisah dari batang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar