Selasa, 11 April 2017

MA’RESE’

Tradisi Masyarakat Petani yang Sarat dengan nilai kegotong royongan dan Kekeluargaan yang hilang dari Tana' Wajo.



D. Suhardiman Sunusi

Sekitar Tahun 80-an, , pengerjaan sawah masih dilakukan secara gotong royong. Kerabat dan tetangga membantu pemilik sawah, mulai dari mencangkul tanah, membersihkan rerumputan, menyemai, mencabut benih sampai panen. Kemudian tahap akhir memisahkan bulir padi dengan sisa batang/daun, sehingga padi siap dikumpulkan dan dibawa ke tempat penyimpanan.


Proses paling menarik adalah MA’RESE’ . Ma’rese adalah bahasa yang sering dipakai di daerah Wajo berarti melintir batang padi dengan kaki sampai bulir terlepas dari batang.

Padi dikumpulkan di atas alas pada satu sudut sawah. Setelah disabit, padi didiamkan selama 2-3 hari sebelum direse'.

Padi disusun saling berhadapan lalu diplintir dengan kaki telanjang (tanpa menggunakan alas kaki) sampai semua bulir padi yang melekat pada batang terpisah. Pekerjaan ma'rese'. padi dilakukan oleh laki-laki dewasa, sampai selesai. Jika malam, dinyalakan lampu strongken sebagai penerang.

Tradisi Ma’rese’ , yang mengundang keluarga besar dan kerabat untuk bergotong royong sudah tidak ada lagi saat ini.

Pemilik sawah mengupah tenaga harian. Mereka menggunakan alat khusus untuk memisahkan bulir padi dengan batangnya.

Cara lain, adalah MA’SAMPA’ ” padi dipukul-pukul, sampai bulir padi terpisah dari batang.


Tidak ada komentar: