Selasa, 11 April 2017

AMMANA GAPPA. Matoa Wajo ke III.






D.Suhardiman Sunusi 

Ada sejumlah 12 orang Matoa sampai dengan mengalami perubahan nama menjadi "Kapitan Wajo".


Adanya "District Wadjo" di " Gemeente Makassar", kedudukanx tidak lebih dari sebuah " imperium kecil" yang pendudukx adalah sebagian besar terdiri dari kaum "migran Wajo" yang meninggalkan negerinya setelah jatuhnya Tosara, ibukota Kerajaan Wajo, ke tangan VOC pada tahun 1670.

Di Makassarlah kaum migran Wajo itu merekonstruksi masyarakatx untuk menumbuhkan dan melestarikan tatanan politik-ekonomi-sosial-kulturalnya sebagaimana yang diwarisinya itu.

Mereka diberikan tempat di sebeJah utara perkampungan orang Melayu, yaitu di pinggir Canira sampai Ujung Tanah.

Di dalam lingkungan perkampungan yang baru itulah mereka pelihara kelanjutan adat-istiadanya.

Karena mereka pandai dan cekatan dalam usaha maka mereka pun menjadi penduduk Makassar yang terkemuka, kaya dan dihormati.

Karena Makin banyaknya orang Wajo yang menetap di Makassar, maka mereka pun mengangkat salah seorang di antara mereka sebagai kepala yang dapat memimpin mereka ke arah kemaslahatan bersama. Kepala orang Wajo di Makassar itu disebut oleh mereka 'Matoa'.

Ada sejumlah 12 orang Matoa sampai dengan mengalami perubahan nama menjadi "Kapitan Wajo".

Di antara sekian itu tersebutIah seorang pemikir hukum dan ekonomi bernama Ammana Gappa, yaitu "Matoa Wajo ke-3", tersohor karena karya abadi " Allopiloping Bicaranna Pabalue"


Tidak ada komentar: