Budaya dari cina yang sudah mulai hilang di Tana' Wajo.
D. Suhardiman Sunusi
Ma'Mera' merupakan sebutan rakyat wajo untuk
permainan layang-layang yang besar dan dipakaikan bunyi bunyian namanya PITU
PITU
setiap daerah di wajo memiliki sebutan sendiri
untuk permainan ini tapi pada dasarnya tetap sama.
Asal usul Ma 'Mera' tidak diketahui dengan pasti
mengingat catatan sejarah wajo tidak menulis mengenai permainan ini,
bila kita melihat sejarah layangan di dunia
Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang adalah dokumen dari
Cina sekitar 2500 Sebelum Masehi.
Penemuan sebuah lukisan gua di Pulau Muna,
Sulawesi Tenggara, pada awal abad ke-21 yang memberikan kesan orang bermain
layang-layang menimbulkan spekulasi mengenai tradisi yang berumur lebih dari
itu di kawasan Nusantara.
Diduga terjadi perkembangan yang saling bebas
antara tradisi di Cina dan di Nusantara karena di Nusantara banyak ditemukan
bentuk-bentuk primitif layang-layang yang terbuat dari daun-daunan.
Di kawasan Nusantara sendiri catatan pertama
mengenai layang-layang adalah dari Sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) (abad
ke-17) yang menceritakan suatu festival layang-layang yang diikuti oleh seorang
pembesar kerajaan.
Ma'Mera' dimainkan sebagai hiburan musiman,
biasanya berlangsung setelah musim panen. Selesai panen sawah-sawah dibiarkan
untuk beberapa waktu sebelum ditanam kembali. pada masa tersebut permainan
layang dilaksanakan diareal persawahan atau lapangan sekedar selingan
masyarakat setelah semusim menuai padi disawah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar